Jumat, 21 Oktober 2016

Menerima dan Bersyukur

Ada 3 golongan takdir seseorang ketika terlahir di dunia.

Pertama, orang yang terlahir dengan memiliki segalanya. Cantik atau tampan, memiliki anggota tubuh yang lengkap,  sehat, kaya, pintar, berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat, memiliki keluarga yang rukun dan bahagia. Sempurna.

Kedua, orang yang terlahir tidak memiliki segalanya. Tidak cantik atau tampan, tidak kaya, tidak pintar, tidak berasal dari keluarga yang baik dan terhormat. Tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap.  Ujian.

Ketiga, orang yang terlahir dengan ‘seimbang’. Dia tidak memiliki salah satu hal tapi ada hal lainnya sebagai gantinya. Contohnya, dia tidak cantik atau tampan,  dia tidak pintar,  tapi dia kaya.
Dia cantik atau tampan,  dia kaya,  namun dari keluarga yang berantakan tidak harmonis.
Atau bisa juga, dia cantik atau tampan,  dia pintar, dia berasal dari keluarga yang baik namun dia tidak kaya.
Atau, dia cantik/tampan, dia kaya, dia berasal dari keluarga baik,  namun dia cacat. Sayang sekali.

Apa persamaan dari ketiga tipe tersebut?

Jawabannya hanya satu, yaitu: Tidak bisa memilih.

Kita tidak bisa memilih terlahir seperti apa dan dalam keadaan bagaimana. Kita tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang mana dan bagaimana. Kita tidak bisa memilih karena kita telah dipilih oleh takdir. Tidak ada yang bisa merubah itu semua.
Hanya ada satu hal yang bisa kita lalukan yaitu, menerima dan bersyukur.

Aku bukan golongan pertama, namun aku bersyukur bukan termasuk golongan kedua. Aku mungkin lebih tepat masuk ke golongan ketiga, sama seperti kebanyakan orang.

Kadang kita iri melihat keadaan orang lain, terlihat sempurna dari luarnya. Padahal kita tidak tahu hal-hal apa yang harus mereka lalui dibalik ‘kesempurnaan’ yang tampak dari luar tersebut.

Kadang kita juga sering terlupa, saking terlalu terkesima melihat 'keatas’ kemudian kita lupa melihat 'kebawah’,  ternyata masih jauh lebih banyak orang-orang yang kurang beruntung dari kita.

Kita terlalu sering mengeluh, merasa hidup kita yang paling menderita, merasa keadaan kita yang paling menyedihkan, dan takdir kita yang paling buruk, tapi kita lupa untuk melihat 'kebawah’ ternyata kita nasib kita masih jauh lebih beruntung dari mereka.

Itulah manusia,  terkadang lupa untuk bersyukur. Padahal Tuhan kita berfirman dalam kitabNya,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat pedih.”(QS.ibrahim : 7)

Padahal jika kita bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmatNya pada kita, tapi apa? Kadang kita terlalu kufur nikmat. Kita mengingkari nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang kita rasa lebih baik. Padahal boleh jadi banyak sekali orang-orang yang menginginkan kehidupannya berada diposisi kita.

Menerima dan bersyukur.

Itulah pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Mulailah untuk menerima dan bersyukur,  karena ketika kita bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya kita telah bersyukur untuk diri kita sendiri. Ketika kita bersyukur maka nikmat dan kebahagiaan kita semakin bertambah. Dan ketika kita mulai membanding-bandingkan hidup kita,  atau mulai kufur nikmat, sesungguhnya kita telah berbuat jahat kepada diri kita sendiri, kita justru malah akan semakin gelisah, maka disaat seperti itu kita harus banyak mengingat bahwa masih ada orang-orang yang hidupnya jauh kurang beruntung dari kita.

"Karenanya, ingatlah kamu sekalian kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah mengingkari nikmat-Ku. (QS. Al-Baqarah : 152)



Ini catatan untuk diriku sendiri.
Parungpanjang, 21 Oktober 2016

Senin, 30 Mei 2016

Lihatlah Lebih Dekat

Pergilah sedih, pergilah resah
Jauhkanlah aku dari salah prasangka
Pergilah gundah, jauhkan resah
Lihat segalanya lebih dekat
dan ku bisa menilai lebih bijaksana...

mengapa bintang bersinar?
mengapa air mengalir?
mengapa dunia berputar?
lihatlah segalanya lebih dekat
dan kau akan mengerti...


Sebuah lagu masa kecil favoritku sepanjang masa,
Aku merindukan masa kecilku...

-SN-

Minggu, 28 Februari 2016

Jatuh Cinta dengan Tulisan

Aku jatuh cinta dengan tulisan. Bagaimana bisa hanya dengan membaca tulisan saja aku jatuh cinta? Bahkan sebelum aku tau wajah penulisnya.

Ya, aku selalu kagum dengan penulis.
Dengan gaya bahasa mereka, dengan pesan yang ingin mereka sampaikan, dengan setiap kata yang mereka rangkai menjadi kalimat.

Aku jatuh cinta dengan tulisan-tulisan J.K Rowling tentang imajinasi-imajinasi dan khayalannya.
Mas Darwis Tere Liye tentang filosofi kehidupan dan segala tentang cinta.
Bang Andrea Hirata dan Uda Ahmad Fuadi tentang persahabatan, perjuangan dan mimpi-mimpi mereka.
Bunda Asma Nadia tentang perempuan, keluarga dan bergagai macam catatan perjalanannya.
Kang Abik Habiburrahman El Shirazy tentang keindahan Islam, Intelektualitas dan keromantisan.

Wow, mereka sama-sama menulis tapi mereka berbeda.
Mereka menulis dan mereka menginspirasi.
Menginspirasiku untuk menulis juga dan membuatku jatuh cinta untuk selalu menyempatkan diri membaca karya-karya mereka.

Aku? Menulis??
Hahaha.
Aku masih jauh dibandingkan mereka.
Bahkan tulisanku lebih terkesan ‘alay’ atau ‘curhat’ dan jauh sekali dari kata menginspirasi.
Bahkan untuk menuliskannya pun terkadang aku malas.

Tapi, ketidaksengajaanku mengikuti kelas menulis kemarin sedikit banyak mengubah pandanganku.
Bersama seorang penulis amatir, pemula, dan nekat bernama Azhar Nurun Ala aku belajar banyak hal.

“Apa yang diucap akan menguap, apa yang ditulis akan abadi”

Sebuah kutipan dia lontarkan pada kelas menulis kemarin dan aku tersentak.

Ya, kita menulis bukan untuk menunjukkan kita bisa menulis.
Kita menulis juga tidak berharap untuk bisa menginspirasi orang lain ataupun bisa mengubah dunia.
Itu harapan yang terlalu semu bagi amatiran seperti kita-walaupun jika pada akhirnya bisa mengispirasi itu merupakan suatu bonus yang tidak terduga-.

Tapi menulislah untuk dikenang.

Kita menulis untuk memberikan suatu kenangan, yang dikemudian hari orang lain -terutama orang-orang terdekat yang kita sayangi- dapat membaca tulisan kita, entah anak cucu atau cicit kita nanti setelah kita tiada.

“Oooo jadi begini ya kisah cinta kakek sama nenek dulu, sampai akhirnya mereka bisa menikah” 

“Aku nggak pernah tau kalo perjuangan kakek dulu seperti ini, keren ya kakek”

Sebuah untold story yang mungkin tidak sempat kita ceritakan secara langsung kepada anak cucu kita, tapi mereka bisa membacanya di kemudian hari.

Menulislah.
Meskipun tulisan kita random, acak-acakan atau jelek tapi kita tidak pernah tau, siapa tau ada yang senang dan selalu menantikan tulisan kita.

Menulislah.
Menulis mengabadikan kebaikan.

Menulislah.
Tulislah dengan sepenuh hati, karena apa yang ditulis oleh hati akan sampai ke hati.



Parungpanjang, 28 Februari 2016/19 Jummadil Awal 1437H

DIARY BUNDA ASYAM : [REVIEW LIPROLAC] TANTANGAN GTM ANAK

Kalau diliat-liat kayaknya hampir semua ibu sepakat yaa bahwa selain masa menyusui, masa MPASI adalah salah satu masa terberat dalam menjala...