Minggu, 28 Februari 2016

Jatuh Cinta dengan Tulisan

Aku jatuh cinta dengan tulisan. Bagaimana bisa hanya dengan membaca tulisan saja aku jatuh cinta? Bahkan sebelum aku tau wajah penulisnya.

Ya, aku selalu kagum dengan penulis.
Dengan gaya bahasa mereka, dengan pesan yang ingin mereka sampaikan, dengan setiap kata yang mereka rangkai menjadi kalimat.

Aku jatuh cinta dengan tulisan-tulisan J.K Rowling tentang imajinasi-imajinasi dan khayalannya.
Mas Darwis Tere Liye tentang filosofi kehidupan dan segala tentang cinta.
Bang Andrea Hirata dan Uda Ahmad Fuadi tentang persahabatan, perjuangan dan mimpi-mimpi mereka.
Bunda Asma Nadia tentang perempuan, keluarga dan bergagai macam catatan perjalanannya.
Kang Abik Habiburrahman El Shirazy tentang keindahan Islam, Intelektualitas dan keromantisan.

Wow, mereka sama-sama menulis tapi mereka berbeda.
Mereka menulis dan mereka menginspirasi.
Menginspirasiku untuk menulis juga dan membuatku jatuh cinta untuk selalu menyempatkan diri membaca karya-karya mereka.

Aku? Menulis??
Hahaha.
Aku masih jauh dibandingkan mereka.
Bahkan tulisanku lebih terkesan ‘alay’ atau ‘curhat’ dan jauh sekali dari kata menginspirasi.
Bahkan untuk menuliskannya pun terkadang aku malas.

Tapi, ketidaksengajaanku mengikuti kelas menulis kemarin sedikit banyak mengubah pandanganku.
Bersama seorang penulis amatir, pemula, dan nekat bernama Azhar Nurun Ala aku belajar banyak hal.

“Apa yang diucap akan menguap, apa yang ditulis akan abadi”

Sebuah kutipan dia lontarkan pada kelas menulis kemarin dan aku tersentak.

Ya, kita menulis bukan untuk menunjukkan kita bisa menulis.
Kita menulis juga tidak berharap untuk bisa menginspirasi orang lain ataupun bisa mengubah dunia.
Itu harapan yang terlalu semu bagi amatiran seperti kita-walaupun jika pada akhirnya bisa mengispirasi itu merupakan suatu bonus yang tidak terduga-.

Tapi menulislah untuk dikenang.

Kita menulis untuk memberikan suatu kenangan, yang dikemudian hari orang lain -terutama orang-orang terdekat yang kita sayangi- dapat membaca tulisan kita, entah anak cucu atau cicit kita nanti setelah kita tiada.

“Oooo jadi begini ya kisah cinta kakek sama nenek dulu, sampai akhirnya mereka bisa menikah” 

“Aku nggak pernah tau kalo perjuangan kakek dulu seperti ini, keren ya kakek”

Sebuah untold story yang mungkin tidak sempat kita ceritakan secara langsung kepada anak cucu kita, tapi mereka bisa membacanya di kemudian hari.

Menulislah.
Meskipun tulisan kita random, acak-acakan atau jelek tapi kita tidak pernah tau, siapa tau ada yang senang dan selalu menantikan tulisan kita.

Menulislah.
Menulis mengabadikan kebaikan.

Menulislah.
Tulislah dengan sepenuh hati, karena apa yang ditulis oleh hati akan sampai ke hati.



Parungpanjang, 28 Februari 2016/19 Jummadil Awal 1437H

DIARY BUNDA ASYAM : [REVIEW LIPROLAC] TANTANGAN GTM ANAK

Kalau diliat-liat kayaknya hampir semua ibu sepakat yaa bahwa selain masa menyusui, masa MPASI adalah salah satu masa terberat dalam menjala...