Ada 3 golongan takdir seseorang ketika terlahir di dunia.
Pertama, orang yang terlahir dengan memiliki segalanya. Cantik atau tampan, memiliki anggota tubuh yang lengkap, sehat, kaya, pintar, berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat, memiliki keluarga yang rukun dan bahagia. Sempurna.
Kedua, orang yang terlahir tidak memiliki segalanya. Tidak cantik atau tampan, tidak kaya, tidak pintar, tidak berasal dari keluarga yang baik dan terhormat. Tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap. Ujian.
Ketiga, orang yang terlahir dengan ‘seimbang’. Dia tidak memiliki salah satu hal tapi ada hal lainnya sebagai gantinya. Contohnya, dia tidak cantik atau tampan, dia tidak pintar, tapi dia kaya.
Dia cantik atau tampan, dia kaya, namun dari keluarga yang berantakan tidak harmonis.
Atau bisa juga, dia cantik atau tampan, dia pintar, dia berasal dari keluarga yang baik namun dia tidak kaya.
Atau, dia cantik/tampan, dia kaya, dia berasal dari keluarga baik, namun dia cacat. Sayang sekali.
Apa persamaan dari ketiga tipe tersebut?
Jawabannya hanya satu, yaitu: Tidak bisa memilih.
Kita tidak bisa memilih terlahir seperti apa dan dalam keadaan bagaimana. Kita tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang mana dan bagaimana. Kita tidak bisa memilih karena kita telah dipilih oleh takdir. Tidak ada yang bisa merubah itu semua.
Hanya ada satu hal yang bisa kita lalukan yaitu, menerima dan bersyukur.
Aku bukan golongan pertama, namun aku bersyukur bukan termasuk golongan kedua. Aku mungkin lebih tepat masuk ke golongan ketiga, sama seperti kebanyakan orang.
Kadang kita iri melihat keadaan orang lain, terlihat sempurna dari luarnya. Padahal kita tidak tahu hal-hal apa yang harus mereka lalui dibalik ‘kesempurnaan’ yang tampak dari luar tersebut.
Kadang kita juga sering terlupa, saking terlalu terkesima melihat 'keatas’ kemudian kita lupa melihat 'kebawah’, ternyata masih jauh lebih banyak orang-orang yang kurang beruntung dari kita.
Kita terlalu sering mengeluh, merasa hidup kita yang paling menderita, merasa keadaan kita yang paling menyedihkan, dan takdir kita yang paling buruk, tapi kita lupa untuk melihat 'kebawah’ ternyata kita nasib kita masih jauh lebih beruntung dari mereka.
Itulah manusia, terkadang lupa untuk bersyukur. Padahal Tuhan kita berfirman dalam kitabNya,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat pedih.”(QS.ibrahim : 7)
Padahal jika kita bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmatNya pada kita, tapi apa? Kadang kita terlalu kufur nikmat. Kita mengingkari nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang kita rasa lebih baik. Padahal boleh jadi banyak sekali orang-orang yang menginginkan kehidupannya berada diposisi kita.
Menerima dan bersyukur.
Itulah pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Mulailah untuk menerima dan bersyukur, karena ketika kita bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya kita telah bersyukur untuk diri kita sendiri. Ketika kita bersyukur maka nikmat dan kebahagiaan kita semakin bertambah. Dan ketika kita mulai membanding-bandingkan hidup kita, atau mulai kufur nikmat, sesungguhnya kita telah berbuat jahat kepada diri kita sendiri, kita justru malah akan semakin gelisah, maka disaat seperti itu kita harus banyak mengingat bahwa masih ada orang-orang yang hidupnya jauh kurang beruntung dari kita.
"Karenanya, ingatlah kamu sekalian kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah mengingkari nikmat-Ku. (QS. Al-Baqarah : 152)
Ini catatan untuk diriku sendiri.
Parungpanjang, 21 Oktober 2016
Pertama, orang yang terlahir dengan memiliki segalanya. Cantik atau tampan, memiliki anggota tubuh yang lengkap, sehat, kaya, pintar, berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat, memiliki keluarga yang rukun dan bahagia. Sempurna.
Kedua, orang yang terlahir tidak memiliki segalanya. Tidak cantik atau tampan, tidak kaya, tidak pintar, tidak berasal dari keluarga yang baik dan terhormat. Tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap. Ujian.
Ketiga, orang yang terlahir dengan ‘seimbang’. Dia tidak memiliki salah satu hal tapi ada hal lainnya sebagai gantinya. Contohnya, dia tidak cantik atau tampan, dia tidak pintar, tapi dia kaya.
Dia cantik atau tampan, dia kaya, namun dari keluarga yang berantakan tidak harmonis.
Atau bisa juga, dia cantik atau tampan, dia pintar, dia berasal dari keluarga yang baik namun dia tidak kaya.
Atau, dia cantik/tampan, dia kaya, dia berasal dari keluarga baik, namun dia cacat. Sayang sekali.
Apa persamaan dari ketiga tipe tersebut?
Jawabannya hanya satu, yaitu: Tidak bisa memilih.
Kita tidak bisa memilih terlahir seperti apa dan dalam keadaan bagaimana. Kita tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang mana dan bagaimana. Kita tidak bisa memilih karena kita telah dipilih oleh takdir. Tidak ada yang bisa merubah itu semua.
Hanya ada satu hal yang bisa kita lalukan yaitu, menerima dan bersyukur.
Aku bukan golongan pertama, namun aku bersyukur bukan termasuk golongan kedua. Aku mungkin lebih tepat masuk ke golongan ketiga, sama seperti kebanyakan orang.
Kadang kita iri melihat keadaan orang lain, terlihat sempurna dari luarnya. Padahal kita tidak tahu hal-hal apa yang harus mereka lalui dibalik ‘kesempurnaan’ yang tampak dari luar tersebut.
Kadang kita juga sering terlupa, saking terlalu terkesima melihat 'keatas’ kemudian kita lupa melihat 'kebawah’, ternyata masih jauh lebih banyak orang-orang yang kurang beruntung dari kita.
Kita terlalu sering mengeluh, merasa hidup kita yang paling menderita, merasa keadaan kita yang paling menyedihkan, dan takdir kita yang paling buruk, tapi kita lupa untuk melihat 'kebawah’ ternyata kita nasib kita masih jauh lebih beruntung dari mereka.
Itulah manusia, terkadang lupa untuk bersyukur. Padahal Tuhan kita berfirman dalam kitabNya,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat pedih.”(QS.ibrahim : 7)
Padahal jika kita bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmatNya pada kita, tapi apa? Kadang kita terlalu kufur nikmat. Kita mengingkari nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan membanding-bandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang kita rasa lebih baik. Padahal boleh jadi banyak sekali orang-orang yang menginginkan kehidupannya berada diposisi kita.
Menerima dan bersyukur.
Itulah pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Mulailah untuk menerima dan bersyukur, karena ketika kita bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya kita telah bersyukur untuk diri kita sendiri. Ketika kita bersyukur maka nikmat dan kebahagiaan kita semakin bertambah. Dan ketika kita mulai membanding-bandingkan hidup kita, atau mulai kufur nikmat, sesungguhnya kita telah berbuat jahat kepada diri kita sendiri, kita justru malah akan semakin gelisah, maka disaat seperti itu kita harus banyak mengingat bahwa masih ada orang-orang yang hidupnya jauh kurang beruntung dari kita.
"Karenanya, ingatlah kamu sekalian kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah mengingkari nikmat-Ku. (QS. Al-Baqarah : 152)
Ini catatan untuk diriku sendiri.
Parungpanjang, 21 Oktober 2016