Well, seperti
janjiku kemarin aku bakal buka lapak tersendiri buat nyeritain Parung Villa,
nama perumahan tempat tinggalku dan keluarga dulu semasa kecil yang sangat
berkesan.
Saat mengetik
postingan ini ingatanku melayang ke 15 tahun yang lalu, masa kecilku yang
bahagia…
Sebelum aku
cerita tentang Parung Villa aku bakal cerita dulu kenapa keluargaku akhirnya
bisa tinggal disana.
Sejak dulu
sampai sekarang keluargaku suka sekali pindah-pindah rumah. Dari aku TK sampai
sekarang sudah terhitung 6 kali keluargaku pindah rumah. Pasti pada nggak
nyangka yaa karena kita sering banget pindah, tapi itu sih kenyataannya. Alasan
kenapa pindah-pindah ada banyak, salah satunya karena abiku dan umiku dulu
pindah-pindah tempat ngajar. Pokoknya intinya kenapa pindah sih karena
menginginkan kehidupan yang lebih baik.
Tempat tinggalku
yang pertama dari aku lahir sampai lulus TK adalah di Jl. Bangka Mampang Prapatan
Jakarta Selatan. Adikku Munib dan Hilma juga lahir disini. Disini aku nggak
terlalu mengingat banyak hal karena aku masih kecil banget. Hanya beberapa aja
yang bisa aku ingat, dan yang paling aku
ingat disini adalah lingkungan tempat tinggal yang islami banget. Tetangga-tetangga
yang baik, masjid Al-Hikmah, sekolahku, ondel-ondel yang seram, jamu cekokan
yang pahit, posyandu, teman TK sekaligus tetanggaku Nusaibah, Izzudin dan Hurin
serta pengajian. Itu yang ku ingat. Dan satu lagi yang paling ku ingat, dulu
aku pernah hampir diculik disana, ketika pulang sekolah jalan kaki sendirian.
Setelah tragedi
Mei 1998 yang cukup meninggalkan kengerian, tepatnya pertengahan tahun 1999
keluargaku memutuskan pindah ke Perumahan Angkatan Darat Inkopad di Tajurhalang
Bogor. Perumahan dimana etekku (etek adalah panggilan untuk tante dalam bahasa
Padang) dan Mamang ku (mamang adalah panggilan untuk paman dalam bahasa Sunda)
serta abang sepupuku tinggal. Sebenarnya perumahan itu dibuat khusus untuk
rumah dinas para TNI Angkatan Darat, tapi kemudian terbuka untuk umum. Etekku
tinggal disana karena beliau adalah seorang guru PNS yang mendapatkan tugas
mengajar di SMAN 1 Tajurhalang. Rumahku dan rumah etekku berdekatan hanya beda
blok aja. Etekku di blok D, sementara kita di blok C. Kalo jalan kaki dari
tempatku ke tempat etekku cuma sekitar 5 menit. Banyak hal yang aku ingat
disini. Teman-teman rumah dan teman-teman sekolahku yang menyenangkan, permainan-permaninan
tradisional seru ala anak tahun 90an. Mengaji ke mesjid sore2 sampai ba’da isya
bareng temen2 rumah, dan sekolahku yang mengasyikkan meskipun aku sekolah full
day dari jam 7 sampai jam 4 sore. Adikku Izzah lahir disini. Waahhh menyenangkan
sekali tinggal disini dengan teman-teman dan tetangga-tetangga yang baik. Aku memulai
SD ku dengan sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Baitussalam. Kenapa
terpadu? Karena sekolah ini mengusung konsep sekolah berbasis Islami dan Full
Day School. Baitussalam adalah nama yayasan pendidikan yang membuka sekolah
dari jenjang TK sampai SMA yang berada di Inkopad. Umiku dan abiku mengajar
disini. Bedanya umi ngajar SD dan abi ngajar SMP. Yapp, orangtuaku berprofesi
sebagai guru. Jika bercerita tentang Inkopad tak akan habis aku
menceritakannya, karena aku bahagia tinggal disini sampai akhirnya keluargaku
memutuskan untuk pindah rumah lagi ketika aku kelas 3 SD. Pindahnya masih di
Bogor juga tidak terlalu jauh hanya beda kecamatan.
Akhirnya pada
awal tahun 2002, 2 bulan setelah adikku Izzah lahir keluargaku pindah ke Parung
ke Jl. H. Mawi karena abiku diminta untuk menempati rumah lama pak Lukman sahabatnya
karena pak Lukman membuat rumah baru. Rumah baru pak Lukman berada di sebrang
jalan rumah lamanya yang otomatis menjadikan kami bertetangga. Abi dan umiku
sudah tidak mengajar lagi di Baitussalam sebelum umiku melahirkan adikku Izzah.
Kebetulan umiku terkena tipes karena kelelahan mengajar anak SD. Mungkin karena
anak SD berisik banget kali yah huhu L.
Ketika pindah rasanya sedih, harus meninggalkan teman-teman main di inkopad. Tapi
apa daya, dulu aku juga masih kecil belum tau apa-apa. Karena sekolahku nggak
pindah aku jadi nggak terlalu sedih buat ninggalin, dulu mikirnya aku pasti masih
bisa main kesana. Selain itu jarak parung-inkopad nggak terlalu jauh, cuma sekitar
30 menit. Pak Lukman dan keluarganya baiiiikkk sekali. Sungguh beliau adalah
orang kaya yang rendah hati. Aku kagum dengan beliau. Di parung ini aku, adikku
munib dan anaknya pak Lukman yaitu Ahmad dan Faruq berangkat sekolah ke Inkopad
diantar oleh supirnya pak Lukman. Tapi kemudian akhirnya kita naik jemputan
sekolah dikarenakan supir udah nggak bisa nganter dan karena jarak yang cukup
jauh untuk ukuran anak SD kelas 3 jika harus naik angkot yang mesti 2 kali naik.
Tinggal disini juga sangat menyenangkan karena rumah lama pak Lukman yang
beliau kasih untuk keluargaku tinggal itu luas dan besar. Rumah pak Lukman yang
baru bahkan sangat-sangat besar dengan halaman yang luas, aku sama adek2 dan
teman2 rumah suka numpang berenang dirumahnya pak Lukman yang baru karena rumah
beliau ada kolam renangnya. Pokoknya masa kecilku itu bahagia sekali dengan
banyak teman yang menyenangkan. Setiap sore aku dan adik2ku bermain bersama
ahmad, faruq, faris, tita dan yang lainnya. Dari main gundu (kelereng), main
gambaran, main karet, main adu-aduan ikan cupang, main tamiya, hahaha pokoknya
mainin semua mainan yang dulu lagi booming di zaman kita. Trus ba’da maghrib
juga ngaji bareng2. Seru banget. Tapi enggak lama kita tinggal disitu, hanya
satu tahun setengah karena tiba-tiba pak Lukman kena musibah yang mengharuskan
beliau dan keluarganya kembali ke rumahnya lama yang kini ditempati keluargaku.
Hanya satu tahun setengah kita tinggal disana dan akhirnya umi dan abi
memutuskan membeli rumah di perumahan Parung Villa dan langsung pindah kesana.
Jika mendengar
kata perumahan pasti yang terpikir adalah ratusan rumah berjejer2 dengan blok
yang banyak dan wilayah yang luas. Berbeda dengan perumahan-perumahan lainnya, Parung Villa tidak memiliki banyak
rumah yang ada di dalamnya karena katanya dulu developer yang mau membangun
perumahan itu melarikan diri dan tidak menuntaskan pembangunannya. Perumahan
Parung Villa adalah komplek perumahan yang sangat kecil dan bersatu dengan
perkampungan penduduk. Sehingga antar tetangga hampir semuanya saling mengenal
dan memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat. Jarak antar Jl. H. Mawi (rumahku yang lama) dengan perumahan parung villa
sangat dekat sekali. Bahkan naik angkotpun tak sampai 1 menit, tapi masuk ke
dalam perumahan parung villa yang agak jauh karena jika naik angkot harus turun
di Jl. H. Dadang dan berjalan kaki untuk masuk ke dalam sekitar 10 menit. Jika
membawa kendaraan pribadi seperti mobil atau motor bisa melewati gang yang satu
lagi setelah gang H. Dadang.
Aku dan
keluargaku pindah ke Parung Villa yang biasanya disingkat ‘Parvil’ pada
pertengahan tahun 2003 tepatnya pada saat aku kenaikan kelas ke kelas 5 SD. Oh
ya, pada saat pindah ke parvil keadaan ekonomi keluarga memang sedang buruk
sehingga aku dan adikku munib harus pindah sekolah. Maklum aja SDIT Baitussalam
adalah sekolah yang terhitung cukup mahal pada saat itu dibanding sekolah-sekolah
lainnya ataupun sekolah negeri. Umiku tentu aja nggak ngungkapin alasan kenapa
aku dan ,munib harus pindah. Sedih banget waktu itu, aku bahkan nangis terus
karena nggak mau pindah sekolah. Akhirnya dengan berat hati aku dan adikku
munib pindah sekolah juga ke SD Islam Al-Mukhlishin yaitu SD yang dimiliki oleh
yayasan pesantren Al-Mukhlishin yang berada di Ciseeng-Bogor. Al-Mukhlishin
adalah yayasan besar yang bergerak di bidang pondok pesantren. Pesantren ini
memiliki sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMA islam dan MTS, dan MA serta ada
sekolah tingginya juga. Terletak di daerah perkampungan Ciseeng. Aku kelas 5 SD
dan adikku munib kelas 2 SD. Teman-temanku di parvil juga banyak yang
bersekolah di Al-Mukhlishin. Oh ya, umi juga pindah ngajar di Al-Mukhlishin.
Tapi umi udah nggak ngajar SD lagi kayak dulu. Umi sekarang ngajarnya anak SMP.
Aku adalah orang
yang sangat pemalu pada awalnya. Bahkan kenalan dengan teman-teman sebayaku di
parvil aja aku nggak mau karena aku malu. Aku nggak mau kenalan duluan, sampai
akhirnya umiku mengenalkan aku pertama kali dengan Dian Nugraha tetangga cowok
yang katanya nanti bakal sekelas sama aku di kelas 5 dan adiknya Hanny
puspitasari yang satu tahun dibawahnya dan sekolah di Al-Mukhishin juga kelas
4. Awal-awal masuk sekolah baru, aku sama munib masih dianter abi naik angkot
dan diajarin naik angkot, soalnya Al-Mukhlishin lumayan jauh, sekitar setengah
jam perjalanan naik angkot. Aku maish inget banget dulu ongkos kita 300 rupiah
sekali jalan. Pulang pergi naik angkot jadi 600 rupiah dan kita dikasih uang
jajan 2000 rupiah perhari. Dulu sebel banget diperjalanan pasti abi nyuruh kita
ngulang2 hafalan juz amma terus hehe. Lama kelamaan abi udah nggak anterin kita lagi
karena kita udah bisa pulang pergi sendiri dan setelah kenalan sama shinta,
afifah, aini, leni, nisa, tata, ka randa kita semua berangkat dan pulang
sekolah selalu bareng. Dari seringnya kita barengan itulah kita jadi deket. Selain
itu kita semua juga sepantar cuma beda setahun dua tahun.
Di parvill, tetangga
sebelah kanan rumahku adalah keluarga pak Suko. Istrinya kita panggil bu Suko
dan anaknya ada 3 yaitu Ridwan, Ricky dan Anggun. Ridwan satu tahun diatasku,
dia kelas 6 SD. Ricky seumuran adikku Hilma dan Anggun masih baru lahir waktu
itu seumuran adikku Izzah. Sedangkan tetangga sebelah kiriku adalah Tante Wiwin
yang tinggal bersama kakaknya yaitu tante nining. Mereka tinggal berdua doang. Kalo
ngomongin ridwan sama ricky wahh kocak banget deh, dulu kita sering berantem
trus getok2an tembok, soalnya kalo kita getok2 tembok kan tetangga sebelah kita
bisa kedengeran hehe. Maklum anak kecil :D tapi kita juga sering main bareng. Bu
suko dan pak suko baiik banget. Dulu pernah tv dirumahku kebakaran gara2 aku
naro lilin deket tv dan yang paling pertama nolongin itu keluarga pak suko.
Banyak banget deh kenangan sama keluarga mereka. Tante wiwin dan tante ning
juga baiikk banget. Tante wiwin belum nikah, sementara tante ning berkebutuhan
khusus, badan tante ning mesti disangga sama alat karena ada kelainan tulang.
Kalo tante wiwin kerja, tante ning siang2 suka ngerajut dan suka bikin tas dari
mute, pokoknya tante ning suka bikin kerajinan2 tangan gitu, bagus banget deh.
Kalo tante wiwin pulang kerja hilma sama izzah suka banget main kerumah tante
wiwin, dikasih banyak makanan, dibawain pulang makanan, baik banget deh
pokoknya. Tante wiwin juga sayaaang banget sama Izzah, waktu izzah ulang tahun
yang ketiga tante wiwin ngehadiahin teddy bear lucu banget. Pokoknya keluarga
pak suko sama keluarga tante wiwin tetangga yang baik banget.
Adikku yang paling bungsu si rizka lahir disini pas aku kelas 6 SD. Umi tuh wanita strong banget deh, meskipun lagi hamil besar tetep ngajar murid2nya ke Al-Mukhlishin. Rizka adikku lahir di rumah sakit yang sama dengan izzah yaitu rumah sakit karya bhakti Bogor dengan proses persalinan yang mendebarkan karena dia terlahir dengan proses Caesar. Waktu itu subuh2 umi ketubannya pecah dan abi lagi sholat subuh ke masjid. Akhirnya munib naik sepeda buat ngasih tau umi kalo umi mau lahiran. Tetangga2 jg langsung nolongin dibawa ke rumah sakit karena waktu itu umi belom mules tapi ketuban udah pecah. Aku masih inget tante wiwin bawain buah banyak banget waktu nengokin umi pas lahiran hehe. Banyak banget yang nengokin umi lahiran sampe kado sama hadiah tuh penuh. Baik banget tetangga2 disini :)
Adikku yang paling bungsu si rizka lahir disini pas aku kelas 6 SD. Umi tuh wanita strong banget deh, meskipun lagi hamil besar tetep ngajar murid2nya ke Al-Mukhlishin. Rizka adikku lahir di rumah sakit yang sama dengan izzah yaitu rumah sakit karya bhakti Bogor dengan proses persalinan yang mendebarkan karena dia terlahir dengan proses Caesar. Waktu itu subuh2 umi ketubannya pecah dan abi lagi sholat subuh ke masjid. Akhirnya munib naik sepeda buat ngasih tau umi kalo umi mau lahiran. Tetangga2 jg langsung nolongin dibawa ke rumah sakit karena waktu itu umi belom mules tapi ketuban udah pecah. Aku masih inget tante wiwin bawain buah banyak banget waktu nengokin umi pas lahiran hehe. Banyak banget yang nengokin umi lahiran sampe kado sama hadiah tuh penuh. Baik banget tetangga2 disini :)
Aku juga punya
banyak banget temen di parung villa selain dari mereka yang satu sekolah masih
banyak temen rumah. Kebiasaan di parung villa adalah setiap ada perayaan hari2
besar selalu diadain acara yang meriah dari mulai maulid nabi, tahun baru
islam, 17 agustusan, ramadhan, lebaran dan idul qurban pokoknya semuanya pasti
diadain acara yang seru. Ada panggung, ada lomba2, ada banyak hadiah2, pokoknya
seru. Semua kalangan wajib berpartisipasi, kayak aku sama temen2 anak muda yang
gabung di karang taruna, bapak2, sampe ibu2 PKK dan anak2 kecil pokoknya
semuanya pasti berpartisipasi dan bantu-membantu. Oh ya, setiap sore kita suka
ke lapangan ngumpul liat ada yang main bola atau main basket atau pada main
badminton. Atau kita suka keliling2 naik sepeda rame2. Dulu juga zamannya
skuter, anak2 kecil pada main skuter. Kalo Ibu2 suka ngumpul di pos ronda
sambil nunggu pakde bakso lewat, sambil nyuapin anak2nya. Seru banget. Melem
minggu rame juga di lapangan, trus kalo ada yang nikah hiburannya dangdutan
atau layar tancep. Kalo inget layar tancep tuh lucu banget itu pengalaman
pertama nonton layar tancep pas nikahan tetangga. Filmnya anaconda. Dan itu
lagi zaman2nya anak2 ABG tebar pesona hahaha. Kita juga suka main nitendo
bareng dirumah aku apalagi munib sama temen2nya sampe rame banget, trus nonton
VCD bareng. Kalo pas bulan puasa nihh paling seru, ngabuburit bareng trus ke masjid
rame2 sholat teraweh, habis sholat mainan petasan ato nggak laser (dulu masih
jaman main laser) hehe trus kalo lebaran tiba habis sholat ied pada keliling
deh tuh dari pintu ke pintu buat silaturrahmi sambel ngarep angpau :D :D waktu itu lagi booming banget sinetron disini
ada setan, sampe2 aku sama temen2ku buat tim ghostbuster, semacam tim pemburu
hantu gitu. Malem2 pergi kerumah kosong berbekal senter, Al-quran kita nyari
hantu hahaha kocak banget emang kalo inget :D Pernah juga dulu nyabut pohon
singkong dikebun orang bareng2 buat di goreng singkongnya ckckck jangan ditiru
yahh.. :D Ka randa kakaknya tata yang satu sekolah sama kita waktu SD akhirnya
kepilih masuk AFI Junior, euforia banget waktu ka randa kepilih masuk 12 besar,
apalagi dulu AFI lagi hits banget. Indosiar pernah syuting di parung villa buat
diary afi junior dan itu rame banget. Trus kita sekomplek nonton ka randa
perform bareng2 naik bis yang di carter mamanya ka randa :D Kekeluargaan banget
deh. Kalo 17 Agustusan masing2 keluarga di
parung villa dikasih formulir buat ngedaftarin keluarganya ikut lomba2. Ada
lomba buat anak2, buat remaja, lomba buat bapak2 sama ibu2 juga ada. Tanggal 18
nya ada panggung besar buat nampilin penampilan anak2, ada nari, nyanyi, baca
puisi dll trus akhirnya pembagian hadiah. Nggak bakal lupa gimana serunya kalo
ada acara2 gede kayak gitu. :)
Setiap habis
maghrib aku, munib sama hilma dan temen2 yang lain kerumahnya tata dan ka randa
buat ngaji sama ustadz, kalo yang make baju ngajinya rapi dapet uang 2000 dari
mamanya tata asik banget :D Pulang ngaji melipir ke warung mamah agi buat
jajan. Oh ya seperti yang aku certain di postingan sebelumnya, aku sama
temen2ku yang perempuan akhirnya mentoring setelah kita udah nggak ngaji lagi
di rumah tata.
Setelah lulus SD
tahun 2005 aku sama temen2 misah sekolahnya. Aku di SMPN 1 Parung bareng sama rengga,
ijul, mas punto, mas budi dan mas wibi. Dian dan yang lain ngelanjutin di SMP Al
mukhlishin. Ka randa ngelanjutin SMP di Al-Hasra sambil fokus sama AFI
juniornya. Tapi kita yang cewek2 masih suka main bareng dan ngaji bareng.
Kegiatan kita masih sama kalo weekend main bareng rame2, bedanya kita udah
remaja sekarang, udah mulai kenal cinta-cintaan, ada yang di comblang2in lah
ada yang emang udah suka-sukaan. Haha kocak kalo inget. Aku juga pernah dapet
coklat dari cowok namanya rahman. Dia temen main kita, adiknya kembar dan suka
main sama munib. Tiba2 sore2 munib ngasih coklat ke aku katanya dari rahman,
dan kocaknya yang makan coklat itu bukan aku tapi umi sama abi haha :D
Nggak akan ada habisnya
aku nyeritain parung villa dan keseruan2 lainnya, dari pas waktu zaman2 pemilu
2004 gimana ramenya, sampe tegangnya pas waktu kejadian tsunami. Pokoknya
banyak banget deh kejadian2 yang meninggalkan kesan. Sampai pada akhirnya di
pertengahan tahun 2006 tepatnya sebulan sebelum aku kenaikan kelas ke kelas 8,
umi bilang ke aku kalo kita akan pindah rumah ke parungpanjang.
Parungpanjang???
Daerah mana tuh? Denger namanya aja baru pertama kali. Aku nggak tau kalo
parung ada yang panjang juga. Ternyata parungpanjang masih termasuk dari
Kabupaten Bogor meskipun udah jauh banget diujung barat Bogor dan kurang dari 1
km lagi udah berbatasan dengan Tangerang. Dulu aku nggak tau kenapa akhirnya
umi dan abi memutuskan pindah, yang aku tau abi disuruh jadi kepala sekolah SMP
Islam Terpadu yang baru banget dibikin bernama Al-madany. Pertama kali aku
diajak ke parungpanjang sumpah aku capek banget. Udah perjalanannya jauh
banget dan penuh rintangan. Bayangin dari depan parvil naik angkot sekali sampe
parung. Di parung, naik lagi bis pusaka sampe stasiun serpong. Dari stasiun
serpong naik kereta sampe stasiun parungpanjang. Dari stasiun parungpanjang
trus naik angkot odong2 sampe perumnas parung panjang dimana sekolah itu
pertama kali berdiri. Pertama kali nginjekin kaki di bumi bernama parungpanjang
aku langsung speechless karena keadaan jalan yang bener2 rusak parah, debu banget
kayak apaan tau, truk2 besar tronton berlalu lalang dengan muatan yang bikin ngeri
banget yaitu batu2 besar dan juga pasir. Keadaan parungpanjang waktu itu belum
seperti sekarang ini. Kalo sekarang udah jauh banget berkembang pesat dan
modern. Dulu tahun 2006 saat pertama kali aku nginjekin kaki disini aku nggak
tau apakah aku akan sanggup tinggal disini apa enggak. Parah banget. Jalanannya
sepi dan gelap kalo malem kayak nggak ada kehidupan. Ba’da maghrib aja udah nggak
ada angkot sama sekali. Indomart dan alfamart cuma ada satu itu juga di deket
pasar parungpanjangnya dan nggak ada lagi ditempat lain. Untuk menuju rumah
dimana keluargaku tinggal nanti itu harus masuk lagi ke daerah kabasiran karena
rumah yang bakal ditempatin itu lokasinya di griya parungpanjang. Dari stasiun
parungpanjang ke griya itu harus menempuh setengah jam perjalanan lagi dengan angkot termasuk
ngetem. Dulu juga parungpanjang belum serame sekarang. Masih sepi banget. Keadaannya
juga masih kampung banget. Lebih kampung dari parung, padahal parung juga masih
kampung tapi parungpanjang jauh lebih kampung lagi. Tetangganya juga nggak kayak parung villa :( Intinya aku nggak mau
tinggal disitu huhuhu
Pulang dari
parungpanjang ternyata malem bada maghrib, dan kalian tau?? pas aku, umi sama
abi naik kereta buat balik ke serpong ternyata kereta itu nggak ada lampunya
sama sekali alias gelap total! Pedagang Cuma bermodalkan lilin dan kita semua
penumpang (kecuali yang bawa senter) gelap2an semua. Nggak ada AC dan boro2 dapet tempat duduk, bisa masuk ke dalem itu kereta aja udah syukur banget. Jadi nungkin bisa dibayangkan suasananya seperti apa. Jangan ngarepin ada
commuterline kayak sekarang karena pas waktu itu belom ada. Adanya kereta
ekonomi yang kalo malem nggak berlampu dan kalo pergi pagi mesti rela bareng sama
kambing, ayam, atau sama karung sayur2an. Mau naik angkot atau mau lewat jalan
besar?? Sebaiknya dipikir dulu beribu kali karena jalanan menuju parungpanjang
itu rusak total dan lagi ada perbaikan jalan yang mengharuskan sistem buka tutup jalan
sehingga mengakibatkan macet total, stuck nggak jalan sama sekali dan mesti
nunggu berjam2 bersama para tronton yang segede gaban itu. Dan keadaan itu berlangsung bisa sampe setengah tahun lebih.
Sampe diparung
villa aku langsung nangis2 minta umi sama abi jangan pindah. Aku nggak sanggup
pindah kesitu. Aku suka tinggal disini, aku seneng tinggal disini, aku ga mau
pindah sekolah, aku seneng main sama temen2 aku disini. Pokoknya aku mau disini
nggak mau pindah kemana-mana lagi. Selama seminggu setiap umi ngomongin pindah
aku nangis sampe umi marah sama aku. Aku udah terlalu betah disini, aku udah
nemuin temen2 yang super duper baik, tetangga2 yang asik, lingkungan yang
nyaman. Intinya aku nggak mau pindah.
Aku nggak mau pindah karena aku orangnya homesick, pemalu dan susah beradaptasi. Aku yang dulu belum seperti sekarang ini. Kalo sekarang aku adalah seorang sanguinis-melankokis, dulu aku sanguinis juga tapi belum terasah dan sisi melankolisku lebih dominan terlihat (Nanti di lapak tersendiri aku akan cerita perubahan terbesar dalam hidupku setelah pada kelas 8 aku ikut eskul paskibra). Oleh karena itu ketika ada sesuatu yang membuatku nyaman aku akan sulit untuk melepaskannya. Karena melankokis adalah tipe setia. Aku udah terlalu nyaman dengan lingkungan parung villa yang kekeluargaan dan asyik. Punya banyak teman2, tetangga yang baik dan kegiatan2 yang menyenangkan. Akan sulit rasanya membayangkan untuk aku harus beradaptasi lagi dari nol dengan lingkungan baru yang asing. Aku waktu itu baru kelas 1 SMP. Masih anak kecil yang belum terlalu mengerti. Sedih sekali rasanya membayangkan harus berpisah dengan teman2ku di parung villa :(
Aku nggak mau pindah karena aku orangnya homesick, pemalu dan susah beradaptasi. Aku yang dulu belum seperti sekarang ini. Kalo sekarang aku adalah seorang sanguinis-melankokis, dulu aku sanguinis juga tapi belum terasah dan sisi melankolisku lebih dominan terlihat (Nanti di lapak tersendiri aku akan cerita perubahan terbesar dalam hidupku setelah pada kelas 8 aku ikut eskul paskibra). Oleh karena itu ketika ada sesuatu yang membuatku nyaman aku akan sulit untuk melepaskannya. Karena melankokis adalah tipe setia. Aku udah terlalu nyaman dengan lingkungan parung villa yang kekeluargaan dan asyik. Punya banyak teman2, tetangga yang baik dan kegiatan2 yang menyenangkan. Akan sulit rasanya membayangkan untuk aku harus beradaptasi lagi dari nol dengan lingkungan baru yang asing. Aku waktu itu baru kelas 1 SMP. Masih anak kecil yang belum terlalu mengerti. Sedih sekali rasanya membayangkan harus berpisah dengan teman2ku di parung villa :(
Aku sempet dua
kali ke parungpanjang sebelum keluargaku pindah, yang pertama pas yang tadi aku
certain itu trus yang kedua pas nyari-nyari sekolah baru. Sekolah negeri di
parungpanjang Cuma ada satu yaitu SMPN 1 parungpanjang. Sekolahnya besar dan
lumayan bagus. Tapi aku nggak mau sekolah disitu. Aku udah terlalu cinta dengan
parung dan semua yang ada disana. Aku udah klop banget. Udah sehati. Aku nggak
mau pindah plisss umi aku nggak mau pindah :( :(
Aku benci banget
parungpanjang entah mengapa. Meski pada akhirnya umiku membolehkan aku untuk nggak pindah
sekolah dan mengizinkan aku untuk tinggal sama etek, mamang dan abangku di
inkopad. Tapi aku sedih banget karena harus ninggalin parung villa :( :(
Aku boleh tetap
sekolah di parung karena ternyata nilai raporku bagus dan Alhamdulillah aku
dapet ranking 1 untuk pertama kalinya dalam hidupku. Akhirnya aku tinggal di
Inkopad sampe aku lulus SMP.
Setelah lulus
SMP membayangkan aku harus tinggal di parungpanjang membuat aku sedih lagi. Nggak
tau kenapa, atau apa karena memang kesan pertamaku dulu yang buruk sekali
dengan parungpanjang membuatku nggak suka dan nggak nyaman tinggal di parungpanjang.
Padahal dulu awal2 keluargaku tinggal di griya parungpanjang yang merupakan
sebuah perumahan sama seperti parung villa. Meskipun keadaannya jauh berbeda
karena griya parungpanjang begitu luas wilayahnya dan banyak rumah kosong
karena belum terlalu banyak warga yang menghuni, sehingga antar tetangga pun menjadi kurang dekat dan tidak ada rasa kekeluargaan seperti di parung villa. Tetapi alhamdulillah waktu itu di griya parung panjang blok A keluarga kami memiliki tetangga yang baik. Selama tinggal di griya bahkan
tetangga2 nggak tau bahwa abi dan umiku punya anak pertama perempuan saking aku
nggak pernah keluar rumah, nggak pernah main, dan nggak pernah bersosialisasi dengan
tetangga. Aku juga nggak pernah merasa hatiku ada disitu. Karena memang
suasananya nggak se-kekeluargaan kayak di parung villa. Entahlah, atau aku yang
emang mendadak introvert.
Keadaan
parungpanjang yang panas dan berdebu banget katanya ngebuat orang2 yang
kulitnya putih bisa jadi item disana. Dan emang terbukti, ngeliat perbedaan
foto umi dan abi dulu sebelum pindah dan sekarang setelah pindah emang beda banget. Hehe.
Akhirnya pas SMA
aku tinggal di parungpanjang bareng sama keluargaku, aku masih sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan rumah tapi aku mudah sekali untuk beradaptasi di lingkungan sekolah. Aku menghibur diri dengan ikut
paskibra lagi dan ternyata ikut paskib emang takdir Allah untuk menghiburku yang
masih bersedih dengan mempertemukan aku dengan teman2 terbaikku imam dan yeni.
Mungkin kisah ini akan aku certain juga di lapak yang lain karena lumayan panjang hehe.
Pada tahun 2009,
aku dan keluarga pindah dari griya parungpanjang ke kabasiran. Ke komplek SMPIT
Al-Madany, dimana abi dikasih rumah sederhana untuk tinggal karena abi kepala
sekolah dan umi guru disitu dan bertugas menjadi bapak dan ibu asrama. Waktu itu
SMPIT Al-madany menerapkan sistem pesantren untuk ikhwan. Jadi abi sama umi
harus tinggal deket sekolah untuk mengawasi mereka. Kita nggak punya tetangga disini, karena rumah ini adalah satu2nya rumah di lingkunan sekolah. Ada sih di depan tapi itu rumahnya bidan yang buka praktek dan ada rumah pak haji di sebrang jalan. Hanya itu tetangga kita. Guru2 yang lain mau dibuatkan rumah juga tapi pembangunannya belum terealisasikan. Sampai saat ini kita masih
disini karena setianya abi untuk mengabdi disini. Abi, pak Iman serta teman2
beliau yang lain bekerjasama untuk membangun sebuah yayasan bersama2. Abi
senang sekali tinggal disini berbeda dengan aku, umiku dan adik2ku yang
sebenarnya lebih menyukai tinggal di parung villa. Tetapi itulah hidup,
terkadang Allah menguji kita dengan hal-hal yang kita tidak pernah duga. Allah
ingin tahu sejauh mana keikhlasan kita. Apakah aku bisa ikhlas meninggalkan
semua hal-hal yang menyenangkan yang aku sukai selama tinggal di parung villa
atau tidak. Apakah aku menerima kehidupanku yang sekarang atau tidak. Aku
awalnya sangat tidak ikhlas untuk pindah kesini dengan lingkungan yang sangat
asing bagiku. Tapi kemudian Allah menetapkan takdirnya. Karena memang benar,
yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan yang buruk menurut
kita belum tentu buruk menurut Allah. Karena Allah maha mengetahui sedangkan
kita tidak mengetahui.
Meskipun sampai
detik ini aku masih merasa kalau hatiku berada di parung bukan disini, tapi aku
bersyukur setidaknya Allah memberikan kedua orangtuaku jalan untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Jika keluargaku tidak pindah mungkin saat ini aku
dan adik2ku tidak bisa melanjutkan sekolah. Sungguh rencana Allah adalah yang
terbaik dan terindah, sehingga tinggal sejauh mana kita mau untuk ikhlas
menerimanya dengan penuh rasa syukur.
Kepindahanku ke berbagai macam tempat sedikit banyak membuatku berubah dan membuatku banyak belajar. Kepribadianku berubah, cara pandang dan cara berfikirku banyak berubah. Bisa dibilang aku lebih cepat dewasa dalam hal caraku berfikir meskipun sikap dan sifatku masih kekanak-kanakan. Aku belajar beradaptasi, belajar ikhlas, belajar survive, belajar memahami karakter dan sifat orang lain.
Jika berbicara tentang keikhlasan, maka itu adalah hal tersulit yang pernah dilakukan manusia. Membayangkan seluruh keadaan berubah dalam sekejap apakah bisa kita ikhlas?
Membayangkan mempunyai lingkungan rumah yang menyenangkan menjadi lingkungan rumah yang senyap dan suram apakah bisa kita ikhlas?
Membayangkan harus kehilangan teman2 terbaik karena jarak apakah kita bisa ikhlas?
Membayangkan apa yang ada menjadi tiada apakah kita bisa ikhlas?
Sungguh sulit memang ikhlas itu.
Itulah ujian kita sebagai manusia, seberapa bisakah kita mencoba untuk ikhlas menjalani perubahan-perubahan yang tidak kita inginkan dalam hidup ini. Sungguh besar pahala bagi orang-orang ikhlas dan selalu bersyukur. Dan aku masih akan terus belajar dan terus belajar insya Allah...
Kepindahanku ke berbagai macam tempat sedikit banyak membuatku berubah dan membuatku banyak belajar. Kepribadianku berubah, cara pandang dan cara berfikirku banyak berubah. Bisa dibilang aku lebih cepat dewasa dalam hal caraku berfikir meskipun sikap dan sifatku masih kekanak-kanakan. Aku belajar beradaptasi, belajar ikhlas, belajar survive, belajar memahami karakter dan sifat orang lain.
Jika berbicara tentang keikhlasan, maka itu adalah hal tersulit yang pernah dilakukan manusia. Membayangkan seluruh keadaan berubah dalam sekejap apakah bisa kita ikhlas?
Membayangkan mempunyai lingkungan rumah yang menyenangkan menjadi lingkungan rumah yang senyap dan suram apakah bisa kita ikhlas?
Membayangkan harus kehilangan teman2 terbaik karena jarak apakah kita bisa ikhlas?
Membayangkan apa yang ada menjadi tiada apakah kita bisa ikhlas?
Sungguh sulit memang ikhlas itu.
Itulah ujian kita sebagai manusia, seberapa bisakah kita mencoba untuk ikhlas menjalani perubahan-perubahan yang tidak kita inginkan dalam hidup ini. Sungguh besar pahala bagi orang-orang ikhlas dan selalu bersyukur. Dan aku masih akan terus belajar dan terus belajar insya Allah...
Parungpanjang, 1
Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar