Life starts here!
Kata orang menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan.
Ya. Kata-kata itu agaknya benar adanya.
Menjadi tua itu pasti karena semakin hari- tidak mungkin tidak- usia kita pasti akan semakin bertambah tua, dan dengan semakin bertambahnya usia berarti semakin berkurangnya umur hidup kita di dunia. Masya Allah :(
Tapi menjadi dewasa adalah suatu pilihan.
Kenapa dewasa itu pilihan?
Karena kita bisa menentukan sendiri, kapan kita bisa bersikap dengan dewasa.
Terkadang menjadi dewasa atau tidaknya seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal tentu saja dari dalam diri seseorang tersebut contohnya kepribadian, sementara faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat dari luar diri seseorang contohnya lingkungan.
Oke. Jadi sebenarnya apa yang saya akan bahas saat ini tentang dewasa dan pendewasaan?
Ya. Kata-kata itu agaknya benar adanya.
Menjadi tua itu pasti karena semakin hari- tidak mungkin tidak- usia kita pasti akan semakin bertambah tua, dan dengan semakin bertambahnya usia berarti semakin berkurangnya umur hidup kita di dunia. Masya Allah :(
Tapi menjadi dewasa adalah suatu pilihan.
Kenapa dewasa itu pilihan?
Karena kita bisa menentukan sendiri, kapan kita bisa bersikap dengan dewasa.
Terkadang menjadi dewasa atau tidaknya seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal tentu saja dari dalam diri seseorang tersebut contohnya kepribadian, sementara faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat dari luar diri seseorang contohnya lingkungan.
Oke. Jadi sebenarnya apa yang saya akan bahas saat ini tentang dewasa dan pendewasaan?
Pembahasan saya kali ini bermula dari kegalauan saya yang sebentar lagi akan memasuki usia 20 tahun. Dimana saya akan meninggalkan hidup saya sebagai perempuan yang umurnya masih belasan tahun, menuju kehidupan perempuan berkepala dua. *Oh God :( *
Saya sangat galau menyadari bahwa di usia saya yang sembilan belas ini saya masih merasa seperti anak-anak yang segala sesuatunya masih 'disuapi'.
Saya tidak tahu kenapa saya bisa berpikir seperti ini tapi saya merasa lingkungan saya belum mendukung untuk menjadikan saya dewasa dari segi sikap. Meskipun pada dasarnya saya sudah berpikir dengan dewasa bahkan sebelum anak-anak lain mempunyai pikiran seperti ini.
Mungkin anda akan bingung dengan apa yang saya maksud ini.
Saya pun sedikit bingung bagaimana untuk menjelaskannya.
Mungkin karena orang tua saya masih menganggap saya putri kecil mereka yang apa-apa masih harus diberi dan diatur. Ya, dalam berbagai hal saya merasa masih belum diberi kebebasan untuk memilih. Mereka terlalu mengkhawatirkan saya sehingga saya tidak bebas untuk 'mengeksplore' diri saya dan terkesan seperti mereka terlalu memanjakan saya dan seolah-olah saya tidak bisa apa-apa.
Hmmm.. It's complicated how to share this.
Membicarakan sebuah kedewasaan tampaknya akan sedikit rumit. Karena pada dasarnya kedewasaan seseorang itu tidak dapat diukur hanya dengan dia telah berumur banyak.
Tapi mungkin pembahasan kita kali ini bisa di mulai dari apakah dewasa itu?
Kata 'Dewasa' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sampai umur, akil balig, bukan kanak-kanak atau remaja lagi.
Hmmm.. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siapapun yang sudah akil balig, atau dalam islam adalah sudah haid (datang bulan) untuk seorang wanita, dan mimpi basah untuk seorang pria, maka itu dapat dikatakan sudah dewasa.
Tapi dalam Peraturan Hukum di Indonesia terdapat berbagai macam perbedaan atas batas usia 'dewasa' seseorang.
Saya akan membaginya menjadi 3 bagian, dimana hukum di Indonesia terdapat 3 batasan usia dewasa, yaitu 17 tahun, 18 tahun dan 21 tahun.
17 Tahun.
Menurut SK Mendagri Dirjen Agraria Direktorat Pendaftaran Tanah (Kadaster) No. Dpt.7/539/7-77, tertanggal 13-7-1977 bahwa dewasa politik, misalnya adalah batas umur 17 tahun untuk dapat ikut Pemilu.
18 Tahun.
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 angka 26 bahwa Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 angka 5, bahwa anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
Dari kedua Undang-Undang diatas dapat disimpulkan bahwa batas usia anak-anak adalah dibawah usia 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan bila sudah berusia diatas 18 tahun dan sudah menikah dapat dikatakan dewasa.
21 Tahun.
Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 98 ayat [1] bahwa batas umur anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) Pasal 330:
Yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya.
Sehingga dalam hal ini, majelis hakim berpendapat bahwa seseorang yang belum berumur 21 tahun dianggap masih di bawah umur atau belum dewasa sehingga ayahnya berkewajiban untuk menafkahinya sampai anak tersebut berumur 21 tahun.
Dari ketiga pendapat mengenai pembahasan batas usia dewasa seseorang, maka pada dasarnya yang mengetahui kita telah dewasa atau tidak hanyalah kita sendiri dan orang-orang yang menilai kita.
Kedewasaan seseorang juga bisa dipengaruhi oleh kepribadian mereka. Seorang yang memiliki kepribadian Sanguinis seperti saya cenderung agak bersikap childish, hal ini dapat terjadi karena sifat cheerful dalam diri mereka, sehingga sifatnya tersebutlah yang menjadi kekuatan mereka untuk bisa membuat orang lain terhibur dengan sikapnya.
Atau kepribadian koleris yang secara otomatis akan memiliki kecendrungan untuk bersikap dewasa dan bossy (memimpin) meskipun usia dia belum bisa dikatakan dewasa sehingga itu juga dapat menjadi kekuatan mereka .
Terlepas dari Undang-Undang, teori psikologi, atau teori apapun itu, setiap manusia pastilah akan memiliki sifat anak-anak dalam dirinya.
Kedewasaan adalah hanya tentang cara bagaimana kita bersikap.
Ada orang yang sebenarnya telah dewasa tapi bersikap seolah-olah dia belum dewasa, dan ada juga yang usianya sudah dewasa tapi sikapnya masih kekanak-kanakan.
Memang tak ada manusia yang sempurna.
Karena hal itulah kita di ciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Bagaimana untuk menjadi dewasa?
Ini adalah pertanyaan yang akan saya jawab dengan satu kata.
Belajar.
Ya. Belajarlah untuk menjadi dewasa. Mulai saat ini, mulai detik ini. Terlepas dari berapapun usia kita sekarang, menjadi dewasa bisa dipelajari.
Tidak akan ada kata terlambat untuk orang-orang yang mau belajar.
Orang yang merugi adalah orang yang tidak pernah mau belajar untuk merubah dirinya.
Tidak ada yang salah dengan belajar, cobalah terus sampai kita bisa.
Belajar adalah sebuah proses yang panjang bahkan berlangsung seumur hidup kita.
Mulailah untuk berempati dengan orang lain, karena dengan mempunyai perasaan empati adalah salah satu proses berfikir dewasa.
Terakhir, menjadi dewasa adalah proses yang dapat berubah seiring berjalannya waktu. Terkadang seseorang yang baru mengalami sesuatu hal, atau baru mengalami suatu fase baru dalam hidupnya dapat berubah menjadi dewasa dengan sendirinya.
Sepertiku sekarang, maybe life starts here!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar